Ini 5 Topik Mendidik yang Ada di KDrama 'It's Okay to Not be Okay'
Masuk episode ke-4, KDrama 'It's Okay to Not be Okay' makin memperlihatkan muatan content yang mendidik kecuali tema asmara yang buat hati meleleh. Konsistensinya dalam menyediakan cerita yang mendidik terus nampak dari diskusi serta akting beberapa pemerannya.
Tentunya drama ini mengetengahkan jalan cerita asmara di antara perawat rumah sakit jiwa serta penulis fiksi anak yang menanggung derita masalah watak antisosial. Tetapi, cerita percintaan itu tidak dieksploitasi terlalu berlebih sebab terdapat beberapa bebatan content yang mendidik sekitar fiksi anak serta kesehatan mental.
Apa tema mendidik yang ada dalam KDrama 'It's Okay to Not be Okay'? Di bawah ini penjelasannya.
1. Pengetahuan yang menarik mengenai sastra anak atau children literature
Di episode ke-4, Lee Sang-in (Kim Joo-hun) menyentuh Hans Chistian Anderson Award yang disebut penghargaan fiksi anak paling berprestise di dunia. Serta Ko Moon-young (Search engine optimization Ye-ji) yang berperanan untuk penulis narasi anak ikut menceritakan salah satunya judul dongeng karya Hans Christian Anderson yang berjudul 'The Red Shoes'.
Kecuali memperkenalkan beberapa karya penulis fiksi anak, Ko Moon-young sampaikan langkah ambil pesan kepribadian dalam fiksi anak yang telah populer luas seperti cerita 'Putri Duyung'. Dari diskusi yang dikatakan Ko Moon-young itu, pemirsa mendapatkan pengetahuan menarik masalah dunia fiksi anak yang sekarang demikian terkenal.
2. Info yang bermanfaat sekitar langkah menangani trauma serta depresi
Di episode ketiga serta 4, tatap muka Ko Moon-young serta Moon Kang-tae (Kim Soo-hyun) semakin intensif. Kedua-duanya serta mulai mengenali keduanya serta perlahan-lahan ketahui cerita waktu dulu semasing termasuk juga narasi yang tersisa trauma serta depresi.
Pada satu adegan, Moon Kang-tae mengajari Ko Moon-young langkah menangani trauma serta menurunkan depresi sekejap. Moon Kang-tae mengenalkan butterfly hug yang dipandang baik menentramkan diri mereka yang sedang diliputi duka cita berlebihan karena trauma atau depresi. Serta melalui diskusi kedua-duanya, pemirsa seperti di ajarkan cara menangani trauma waktu dulu dengan melawannya, bukan justru hindari.
3. Pengetahuan yang berguna tentang psikologi anak
Tema tentang keluarga adalah sisi tidak dipisahkan dari drama ini. Trauma waktu dulu Moon Kang-tae serta Ko Moon-young dapat disebutkan datang dari hubungan kedua-duanya dengan bagian keluarga. Dengan demikian, rumor tentang kekerasan pada anak, kecemburuan serta minimnya perhatian orangtua jadi rumor sentra.
Persoalan keluarga itu nampak jelas di episode ke-4 drama waktu anak anggota dewan yang alami masalah mental berulah di kampanye politik ayahnya yang berbuntut kacau. Dari adegan itu, pemirsa diberi pengetahuan mengenai langkah berhubungan dengan anak yang perlu didasari atas rasa perhatian serta adil hingga tidak memunculkan rasa cemburu atau efek psikologis lain yang dapat terikut oleh anak sampai dewasa.
4. Info yang bermanfaat tentang langkah menjaga pasien dengan masalah kejiwaan
Latar narasi drama yang banyak mendalami lingkungan di dalam rumah sakit jiwa demikian memberi banyak info bermanfaat mengenai langkah berhubungan serta menjaga pasien dengan masalah kejiwaan. Pemirsa seakan di ajarkan untuk selalu memandang manusia mereka yang mengalami masalah kejiwaan dengan pahami langkah mereka melakukan tindakan serta berbicara.
Diskusi serta akting beberapa perawat di dalam rumah sakit jiwa demikian mengajari pemirsa langkah pahami pasien dengan masalah kejiwaan. Pemirsa akan melihat adegan langkah memperhatikan sang dokter pada pasiennya, langkah berhubungan perawat dengan pasien melalui cara bermain peranan, serta sikap sabar yang diperlihatkan beberapa perawat pada pasiennya. Itu semua seperti ingin memperlihatkan jika pasien ialah manusia juga yang penting diingat serta dimengerti.
5. Info yang menarik sekitar beberapa jenis stereotip ke orang dengan masalah kejiwaan
Orang dengan masalah kejiwaan dapat disebutkan seringkali alami diskriminasi serta pelecehan dari warga serta anggota keluarganya. Mereka dipandang aib serta wajar untuk didepak untuk jaga nama baik keluarga serta warga. Orang dengan masalah kejiwaan ini serta dipandang sulit pulih atau mustahil kembali lagi 'normal'.
Stereotip seperti ini demikian jelas dilukiskan dalam drama, khususnya di episode ke-4, waktu anak seorang anggota dewan berulah di kampanye politik ayahnya. Serta di episode pembuka, narasi animasi seorang anak wanita yang penyendiri dengan ibu yang alami masalah mental memvisualisasikan begitu anak itu harus alami alienasi dari beberapa anak lain seusianya sebab dipandang tidak wajar untuk berkawan ditengah-tengah warga. Tentunya akan terdapat beberapa stereotip lain yang didatangkan di episode drama selanjutnya.